Dewan Dukung Penuh Ponpes Sebagai Laboratorium Perdamaian

WARTASINTANG.COM - Anggota DPRD Sintang, Senen Maryono mendukung penuh Pondok Pesantren sebagai laboratorium perdamaian yang memiliki andil besar dalam mendidik santri-santri masa kini. Hal itu agar para santri memiliki karakter yang baik dalam membawa pesan perdamaian.

Hal tersebut dikatakan Politisi Partai Amanat Nasional ini saat menghadiri Hari Santri Nasional tingkat Kabupaten Sintang yang dipusatkan di halaman Ponpes Darul Ma'arif, Sabtu (26/10/2019)

"Isu perdamaian diangkat berdasarkan fakta bahwa sejatinya pesantren adalah laboratorium perdamaian," kata Senen Maryono. Mantan birokrat ini mengatakan sebagai laboratorium perdamaian, pasantren merupakan tempat menyemai ajaran Islam rahmatanlilalamin, Islam ramah dan moderat dalam beragama.

“Sikap moderat dalam beragama sangat penting bagi masyarakat yang plural dan multikultural. Semangat ajaran inilah yang dapat menginspirasi Santri untuk berkontribusi merawat perdamaian dunia,” jelasnya. Pesantren lanjut Senen Maryono juga menjadi tempat di mana daya saing bangsa ditingkatkan, ketahanan nasional dipertahankan, dan perdamaian dunia diharapkan.

Karenanya, ketulusan, kesederhanaan diajarkan dan diteladankan di pesantren ini. Lebih lanjut dia mengajak melalui Hari Santri Nasional,  akan semakin meneguhkan bangsa Indonesia bangsa yang cinta damai, kaum santri sebagai bagian dari indonesia yang mengedepankan sikap santri menghargai perbedaan tidak sepakat dengan tindak kekerasan dan permusuhan atas nama apapun.

"Melalui ikhtiar ini diharapkan Indonesia yang di representasikan kaum santri dapat memberikan inspirasi perdamaian, tidak saja bagi sesama umat manusia atau sesama bangsa namun juga pada masyarakat dunia. Selamat hari santri 2019, santri Indonesia untuk perdamaian dunia," ungkapnya.

Sementara itu, Bupati Sintang dalam sambutannya mengatakan ada 9 alasan Pesantren layak disebut sebagai laboratorium perdamaian, yakni; Adanya kesadaran harmoni beragama dan berbangsa, Metode mengaji dan mengkaji, Para santri diajarkan untuk khidmah, Gerakkan komunitas, merawat khasanah kearifan lokal, prinsip maslahat, dan penanaman spiritual. (*)