Terry menjelaskan, jalan pararel perbatasan itu merupakan jalan milik bersama, terutama masyarakat yang ekonomi bawah. Mereka, sangat berharap jalan itu bisa dilalui untuk mobilisasi barang dan jasa.
“Yang menggunakan jalan itu banyak, tapi kalau sudah lumpuh masyarakat selalu menyalahkan pemerintah,” ungkapnya.
Seharusnya, pihak perusahaan yang turut menikmati jalan negara itu, punya perhatian lebih. Apalagi, perkebunan sawit sangat sering menggunakannya.
“Rawat seperti memelihara jalan kebun. Jangan karena ini jalan pemerintah, lalu acuh, abaikan untuk pemeliharannya. Ingat kalau dihitung yang banyak melewati jalan tersebut dengan muatan besar itu adalah pihak perusahan sawit. Yang lain, cuma bawa karet seberapa lah beratnya itu. Saya berharap pemerintah bisa menegur pihak perusahaan, untuk ke depan supaya bisa aktif memelihara jalan,” pinta Terry.
Perusahaan sawit yang berada di ruas jalan pararel perbatasan sebut Terry, sangat banyak. Menurutnya, seharusnya setiap perusahaan dibagi ruas jalan untuk perbaikan. “Kalau mereka berbagi ruas jalan yang diperbaiki, saya rasa agak ringan. Jadi jangan sampai menunggu perusahaan A-B akhirnya jalan tidak dipelihara. Kalau memang mau, dibagi lah ruas jalan dari sintang sampai simpang indung itu. Kalau mereka mau DPRD siap memfasilitasi. Kalau mereka saling betunggu, yang hancur masyarakat,” tukasnya. (red)
