Foto dari kiri : Didi Darmadi, Tri Rutsein,Fitria Fadly, Agus Satrio, Marwandy,KH. Kartono |
Pontianak - Kamis (29/12), Ada ungkapan yang mengatakan bahwa Bumi Pasundan (Bandung) lahir ketika Tuhan sedang tersenyum. Maka Pantas dan layak juga dikatakan bahwa bumi Indonesia lahir ketika Tuhan sedang Berbahagia.
Hal ini tercermin dari keanekaragaman yang ada, sebagai Negara besar Indonesia adalah salah satu Negara di dunia yang memiliki suku dan bahasa terbanyak, Negara kita terkenal akan keragaman suku bangsa dan budayanya. Dikutip dari situs www.indonesia.go.id, Indonesia memiliki lebih dari 300 kelompok suku bangsa, tepatnya 1.340 suku berdasarkan sensus BPS tahun 2010. Jumlah bahasa di Indonesia sebanyak 710 bahasa, kita juga mengakui 6 Agama dan beragam kepercayaan yg dianut dan dihayati oleh masyarakat Indonesia.
Dengan keadaan alam, keragaman dan kemajemukan yang ada tentu menjadi suatu tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia untuk tetap kokoh, bersatu padu, hidup rukun dan damai sejahtera sesuai dengan jiwa-jiwa Ideologi bangsa kita yakni Pancasila.
Unity in Diversity atau persatuan dalam keberagaman bagi Indonesia mungkin kini mulai agak terusik. Ada banyak faktor di mana keberagaman di Indonesia menjadi isu yang sensitif. Mulai dari konstelasi politik sampai dengan kagetnya masyarakat Indonesia terhadap sosial media. Percaya tidak percaya, sekarang isu mengenai mayoritas dan minoritas sangat menggema di Indonesia. hal ini sungguh meresahkan.
Di tengah isu-isu identitas dan juga agama yang begitu massif, kita lupa bahwa Indonesia tidak terdiri dari satu suku maupun satu agama saja. Indonesia bukan mengenai mana yang mayoritas dan mana yang minoritas
Persatuan dalam keberagaman, suatu kata yang mahal sekali jika dirusak hanya karena yang satu merasa mayoritas hingga mendiskreditkan yang lainnya. Kebencian tumbuh karena diajarkan, begitu juga kebaikan dan toleransi. Jika negara ini pecah hanya karena perbedaan, itu adalah hal yang tidak bisa ditarik kembali. Sekali pecah, maka bisa jadi akan pecah selamanya.
Toleransi wajib diajarkan kepada siapapun di dekat kita, mulai dari circle yang paling kecil yakni keluarga. Indonesia pada hakekatnya berdiri karena keberagamannya yang harus kita jaga bersama.
Hari Natal yang dirayakan setiap tgl 25 Desember merupakan hari lahirnya Sang Juru Selamat menurut kepercayaan umat Katolik dan kristen di Dunia, hari yang penuh dengan damai suka cita ini tentu juga dirayakan oleh umat Katolik dan Kristen di Indonesia.
Perayaan Natal di Indonesia mempunyai keunikan tersendiri dengan tradisi silaturahmi, hal ini sudah menjadi tradisi atau kebiasaan yang rutin dilakukan saat momen baik natal, lebaran, imlek, dllnya di mana warga saling mengunjungi rumah antar teman,sahabat, relasi, maupun keluarga masing-masing
Dalam Natal tahun ini anggota Ikatan Alumni Lemhanas TAPLAI Angkatan II 2022 Kalbar, saling bersilaturahmi mengunjungi rekan-rekan anggotanya yg merayakan Natal, silaturahmi ini tentu suatu tradisi yg sudah biasa dilakukan dalam momen hari raya, kebersamaan dan saling berotoleransi sejatinya merupakan kebudayaan luhur yang sudah tertanam dalam kebudayaan bangsa ini sejak dahulu kala.
Dalam keberadaannya di tengah masyarakat Kalbar Anggota IKAL A-II 2022 selalu berkomitmen untuk mengawal dan menjaga keutuhan NKRI dengan menggunakan jalur profesinya masing.
Marwandy, S.Psi.,S.H.,M.H,C.Med, Pengajar/Tutor di Univ. terbuka Pontianak yang juga Anggota Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kab sintang, menyampaikan, "Dalam suka cita Natal ini harapan saya masyarakat Indonesia dan Kalbar khususnya, bisa merasakan damai suka cita dalam kehidupan keluarga,masyarakat dan berbangsa. Karna kekeluargaan dan persatuan adalah kunci dari segalanya".
Didi Darmadi, S.Pd.I, M.Lett, M.Pd yang merupakan aktivis di Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kalimantan Barat, menyampaikan bahwa kita harus memahami ukhuwah wathaniyah dapat terbangun dengan baik jika kita menjaga kerukunan antar sesama umat manusia, salah satunya menghormati mereka yang berbeda agama.
“Kita harus punya komitmen untuk saling menghormati, apakah lintas agama, lintas iman, dan sebagainya. Dengan demikian kerukunan akan dapat terpelihara di antara sesama anak bangsa, sesama pemeluk agama. Kita harus mengedepankan dialog dan saling bersilaturrahmi. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam rangka memupuk dan memlihara kerukunan yaitu saling berkunjung dalam perayaan agama masing-masing, maka akan ada saling kesepahaman dan penghormatan terhadap pemeluk agama lain. Jika itu bisa dilaksanakan dengan optimal, maka sudah pasti kerukunan akan semakin meningkat di Kalimantan Barat,” tutur Pak Didi yang juga pengurus MUI Kalimantan Barat.
KH. Kartono, S.Pd.I, M.Pd dari penyuluh agama Kanwil Kementerian Agama Kalimantan Barat, menyampaikan pentingnya menjaga hubungan lintas agama dalam bingkai memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.
“Sebagai bagian dari umat beragama di Kalimantan Barat, ada umat yang sekarang dalam suasana Natal, dan perayaan lainnya di internal umat beragama, tentu mereka yang merayakannya dalam suasana yang bahagia. Untuk itu kita yang sudah ditaqdirkan hidup dalam multi agama dan multikultur, harus saling menghormati, menghargai dan menjalin kerukunan antar pemeluk agama. Kita harus saling mengunjungi sebagai ikhtiar mempererat hubungan lintas agama, inilah realitas pengejawantahan moderasi beragama”, ujar Kyai Aba sapaan akrabnya.
Fitria Fadly, S.Sos., M.Si, Analis Wawasan Kebangsaan pada Badan Kesbangpol Kota Pontianak, menyampaikan "perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan yg dimiliki bangsa Indonesia tidak harus diseragamkan atau bahkan dilenyapkan. Semua perbedaan tsb harus menjadi pengikat persatuan di Indonesia, bukan penghalang untuk bersatu dan bukan pula penghalang untuk hidup dalam keharmonisan"
"Meskipun Indonesia adalah negara yang kaya akan perbedaan dan keberagaman, hal tsb membuat Indonesia rentan terpecah-belah akibat perbedaan yang ada. Perpecahan di masyarakat bisa memicu konflik yg menimbulkan kerugian banyak pihak. Oleh karenanya, diperlukan sifat toleran dan juga tenggang rasa terhadap perbedaan dan kemajemukan di masyarakat. Sifat toleransi haruslah ditanamkan sejak dini supaya bisa menerima perbedaan yang ada. Contoh perilaku toleransi seperti memberikan kesempatan kepada tetangga melakukan ibadahnya, tolong-menolong antar warga ketika melaksanakan hari raya, dan tidak membeda-bedakan tetangga, dan menghargai perbedaan budaya yang ada".
Sikap dan perilaku toleransi terhadap keberagaman masyarakat merupakan kunci untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan, serta mencegah proses perpecahan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Setiap individu hendaknya mengaplikasikan perilaku toleran terhadap keberagaman suku, agama, ras, budaya dan antargolongan".
“Indonesia Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat"