Wartasintang.com: Usai menerima audiensi para pedagang kaki lima (PKL)
kopel di gedung DPRD Sintang Selasa (19/07/2022), ketua DPRD Sintang Florensius
Ronny melakukan peninjauan langsung ke tempat relokasi.
Sejak beberapa minggu terakhir para PKL tersebut berpindah lokasi
berjualan dari sebelumnya di sepanjang jalan Pangeran Muda hingga jalan merdeka
kini mereka menempati area di halaman Pasar Raya dan Terminal.
"Saya barusan keliling melihat situasi relokasi para pedagang kaki
lima yang sebelumnya ada di kopel. setelah kita melihat memang kondisinya
sepi," kata Ronni.
"Kalau kita lihat hari ini tidak lebih dari 10-an yang bertahan di
sini. Berarti ada 80 lebih PKL yang kehilangan mata pencaharian mata pekerjaan.
Ini sangat memprihatinkan," lanjut Ronni. "Kalau kita asumsikan
secara ekonomi misalnya 90 hanya sisa 10 berarti ada 80 kalau rata-rata PKL
mampu mempekerjakan satu orang saja berarti sudah 80 orang belum ditambah
pemilik maka ada 160 orang yang terdampak akibat relokasi ini. Saya pikirin ini
perlu menjadi perhatian khusus agar bagaimana sesegera mungkin diambil
langkah-langkah yang lebih pro ke PKL" sambungnya lagi.
Dari data seluruh PKL yang berada di tepian Kapuas ada 90 lebih PKL.
Para PKL tersebut mendirikan lapak-lapak di sisi pagar terminal sejak pukul
15.30 wib hingga malam hari. Sebagian besar menjual jajanan berupa makanan dan
minuman ringan.
"Tempat di sini juga belum mendukung artinya fasilitas yang
diberikan pemerintah terhadap teman-teman PKL ini saat mereka direlokasi
mungkin perencanaannya belum cukup matang, sehingga mesti ada kebijakanlah yang
banyak pro masyarakat kecil terutama PKL," ujar Ronni.
Sementara itu Nuriyandi Syafari selaku Ketua Aliansi PKL Bersatu Kopel
dan Alun-alun mengungkapkan bahwa mereka direncanakan hanya pindah ke kawasan
pasar dan terminal tersebut hanya untuk meramaikan acara pemerintah. Mereka
kecewa ketika dilarang untuk kembali berjualan di kopel.
"Awalnya kita diajak untuk meramaikan acara launching Pasar Raya,
melalui launching ini kita merasa ditipu katanya hanya dua hari setelah 2 hari
boleh kembali ke kopel untuk berjualan ternyata begitu kita mau balik kita
malah dikunci di terminal langsung ditulis dilarang berjualan kita selalu
ditakuti dengan Perda," ujar Nuriyandi.
Pria yang akrab disapa Riyan ini pun menambahkan bahwa dalam hal
operasional usaha mereka mencoba untuk menaati peraturan pemerintah.
"Memang ada beberapa rekan PKL yang tidak mengikuti aturan yang
sudah ditetapkan oleh pemerintah. Ada batasan jam operasional sekian mereka
tidak mau selalu buka 24 jam. Gerobaknya pun selalu ada di situ tidak dikemas.
Kalau pedagang kopel semua dikemas kursi dan meja pun tidak tercecer,
kebersihan juga kita perhatikan ada kerjasama dengan dinas kebersihan untuk
membersihkan itu selain itu seminggu sekali kita juga melakukan kerja bakti
untuk membersihkan lingkungan," ungkap Riyan lagi. (*)