wartasintang.com: Orang Dayak sudah dikenal cara hidupnya sangat berdampingan dengan alam. Citra penajga hutan itu tercemar selama beberapa dekake akibat persoalan kebakaran hutan dan lahan (kahutla). Stigma ini menimbulkan kesan orang lupa pada pengetahuan dan kearifan lokal yang sebenarnya sudah ada sejak nenek moyang. Kealpaan ini menimbulkan dampak yang tidak sedikit di masyarakat, minimnya kepedulian lingkungan menjadikan naiknya tingkat bencana di tanah Borneo.
Sebagai salah seorang tokoh masyarakat khususnya sebagai wakil rakyat hal ini menimbulkan keprihatinan Welbertus, anggota komisi D yang membidangi lingkungan di dalam struktur Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sintang.
Ditemui dikantornya, Senin (30/5/2022) pria yang akrab disapa Bang Wel ini mengungkapkan bahwa ditengah pandemic dan ancaman bencana akibat cuaca ekstrim 2 tahun terakhir membuat masyarakat mestinya lebih mendekatkan diri dengan alam dan tetap berusaha untuk menjaga alam sekitar.
“Kita berharap pada proses perbaikan lingkungan itu semua pihak baik masyarakat maupun pemerintah dengan caranya masing-masing turut ambil bagian untuk bisa terus melakukan penanaman pohon dan penghinjauan baik dilingkungan sekitar, di rumah ataupun di lahan-lahan yang memang layak untuk bisa di reboisasi,” ujar Bang Wel.
“Katakanlah kalau beladang, kan kita ada waktu rotasinya, kalau beladang di sini 5 tahun lagi baru boleh balik ke sini lagi. Untuk memperbaiki hutan orang Dayak juga melakukan penanaman pada lahan ladang yang sudah digunakan, ditanam pohon karet, pohon buah dan lain sebagainya. Hendaknya, kearifan lokal itu sebaiknya di pertahankan,” tambahnya.
Di sisi lain keprihatinan terhadap dampak kerusakan hutan yang telah menuai banjir berkali-kali di daerah Sintang dan sekitarnya, serta cuaca ektrim akhir-akhir ini membuat Bang Wel juga menghimbau agar warga waspada dalam menjaga keselamatan khususnya anak-anak.