WARTASINTANG.COM - Sejak beberapa hari terakhir, Tim Siaga COVID-19 Dinkes Sintang melakukan rapid test bagi sejumlah orang di Sintang. Hasilnya beberapa orang dinyatakan reaktif. Istilah reaktif sendiri dipakai untuk menepis pemahaman masyarakat, yang masih beranggapan pemeriksaan rapid test, sebagai penentu orang tersebut positive corona.
Penyebab reaktifnya seseorang dalam pemeriksaan rapid tes, yaitu terdeteksinya antibody terhadap semua jenis virus di dalam tubuh orang tersebut. Sehingga antibodi yang terdeteksi pada pemeriksaan rapid test, belum bisa dipastikan berasal dari serangan virus COVID-19.
Hal ini dinyatakan oleh Maria Magdalena, anggota DPRD Sintang mendukung pernyataan dari Bupati Sintang dan juga Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang Harysinto Linoh, agar masyarakat tidak mudah untuk menarik kesimpulan ataupun stigma bahwa orang yang hasil rapid testnya reaktif dipastikan adalah penderita COVID-19.
"Harus diakui, masyarakat pada umumnya belum paham sepenuhnya soal hasil rapid test dan non reaktif itu. Sehingga ketika hasil test cepat seseorang menunjukkan reaktif maka seolah-olah dianggap positif COVID-19," ungkap politisi Partai Demokrat, Minggu (26/4/2020) melalui WhatsApp.
Menurutnya, rapid test atau test cepat tidak bisa langsung dijadikan acuan untuk menganggap bahwa seseorang tersebut berstatus positif atau negatif COVID-19. Sebab, untuk menentukan hal itu seseorang harus melakukan pemeriksaan uji swab di area gejala seperti hidung dan tenggorokan.
"Iya, belum tentu positif COVID-19. Soalnya, positif COVID-19 itu hanya bisa ditentukan dengan pemeriksaan PCR atau swab," tandasnya.
Hal senada dibenarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang, Harysinto Linoh. Menurutnya, orang-orang yang reaktif rapid test belum pasti terkena Corona Virus Disease (COVID-19) karena belum konfirmasi dan bisa saja negatif. Lebih pastinya nanti swab itu baru ada pernyataan resmi.
“Jadi kalau dari rapid saja kita hanya menyatakan dia reaktif rapid. Cuma yang lebih penting kenapa kok kami mengisolasi, kami hanya mengantisipasi terburuk kalau ternyata dia swabnya positif yang bersangkutan tidak sempat kontak lebih banyak lagi sehingga penularannya bisa kita batasi,” tegasnya.
Maria Magdalena mengingatkan kepada masyarakat Sintang untuk pro aktif melaporkan jika ada keluarga atau tetangga yang dari luar kota serta mengikuti protokol penanganan COVID-19.
"Mari masyarakat kalau ada keluarganya yang mudik laporkan. Kedua, jaga jarak kalau komunikasi. Selalu melaporkan setiap kalau ada keluarganya yang mudik. Jangan malu dan jangan takut serta jangan dipersulit. Justru lebih baik kalau tahu, kita jaga dan kita terapi sehat,” terangnya.
Untuk itu masyarakat Sintang tidak perlu panik apalagi sampai paranoid dengan kejadian rapid test reaktif. Yang paling penting adalah masyarakat menjaga pola hidup bersih dan sehat dan untuk sementara waktu menghindari keramaian dan stay at home jika tidak ada keperluan atau kegiatan yang mendesak. (*)
Penyebab reaktifnya seseorang dalam pemeriksaan rapid tes, yaitu terdeteksinya antibody terhadap semua jenis virus di dalam tubuh orang tersebut. Sehingga antibodi yang terdeteksi pada pemeriksaan rapid test, belum bisa dipastikan berasal dari serangan virus COVID-19.
Hal ini dinyatakan oleh Maria Magdalena, anggota DPRD Sintang mendukung pernyataan dari Bupati Sintang dan juga Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang Harysinto Linoh, agar masyarakat tidak mudah untuk menarik kesimpulan ataupun stigma bahwa orang yang hasil rapid testnya reaktif dipastikan adalah penderita COVID-19.
"Harus diakui, masyarakat pada umumnya belum paham sepenuhnya soal hasil rapid test dan non reaktif itu. Sehingga ketika hasil test cepat seseorang menunjukkan reaktif maka seolah-olah dianggap positif COVID-19," ungkap politisi Partai Demokrat, Minggu (26/4/2020) melalui WhatsApp.
Menurutnya, rapid test atau test cepat tidak bisa langsung dijadikan acuan untuk menganggap bahwa seseorang tersebut berstatus positif atau negatif COVID-19. Sebab, untuk menentukan hal itu seseorang harus melakukan pemeriksaan uji swab di area gejala seperti hidung dan tenggorokan.
"Iya, belum tentu positif COVID-19. Soalnya, positif COVID-19 itu hanya bisa ditentukan dengan pemeriksaan PCR atau swab," tandasnya.
Hal senada dibenarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang, Harysinto Linoh. Menurutnya, orang-orang yang reaktif rapid test belum pasti terkena Corona Virus Disease (COVID-19) karena belum konfirmasi dan bisa saja negatif. Lebih pastinya nanti swab itu baru ada pernyataan resmi.
“Jadi kalau dari rapid saja kita hanya menyatakan dia reaktif rapid. Cuma yang lebih penting kenapa kok kami mengisolasi, kami hanya mengantisipasi terburuk kalau ternyata dia swabnya positif yang bersangkutan tidak sempat kontak lebih banyak lagi sehingga penularannya bisa kita batasi,” tegasnya.
Maria Magdalena mengingatkan kepada masyarakat Sintang untuk pro aktif melaporkan jika ada keluarga atau tetangga yang dari luar kota serta mengikuti protokol penanganan COVID-19.
"Mari masyarakat kalau ada keluarganya yang mudik laporkan. Kedua, jaga jarak kalau komunikasi. Selalu melaporkan setiap kalau ada keluarganya yang mudik. Jangan malu dan jangan takut serta jangan dipersulit. Justru lebih baik kalau tahu, kita jaga dan kita terapi sehat,” terangnya.
Untuk itu masyarakat Sintang tidak perlu panik apalagi sampai paranoid dengan kejadian rapid test reaktif. Yang paling penting adalah masyarakat menjaga pola hidup bersih dan sehat dan untuk sementara waktu menghindari keramaian dan stay at home jika tidak ada keperluan atau kegiatan yang mendesak. (*)