Melkianus : Perbatasan Harus Menjadi Etalase Bukan Halaman Belakang yang Kumuh

WARTASINTANG.COM - Indonesia adalah negara kepulauan dengan cakupan wilayah yang sangat luas dengan pulau Kalimantan menjadi pulau terbesarnya. Dan dengan cakupan wilayah yang sedemikian luas, Kalimantan mendapat bonus demografi. Dan Sintang pun mendapat bonus demografi ini.

Dan bonus demografi akan jadi beban negara jika tak diperhatikan dengan baik. Dapat dibayangkan jika bonus demografi diisi penduduk yang hidup sehat, tidak sakit-sakitan, tidak stunting, tidak mengalami gizi buruk dan berotak cerdas, itu akan menjadi peluang bagus untuk pembangunan bangsa. Namun, jika tidak diperhatikan akan menjadi beban.

Dan kabar kurang baiknya adalah pelayanan kesehatan di negara kita tidak merata. Semua masih terfokus di kota-kota besar saja. Di daerah perbatasan atau terpencil - pelayanan kesehatan belum maksimal sama sekali.

Hal inilah yang terjadi di sebagian daerah di Kabupaten Sintang yang berbatasan langsung dengan Malaysia.

“Perbatasan harus menjadi etalase atau jendela terhadap dunia luar, dan bukan sebagai halaman belakang yang kumuh,” ujar Melkianus, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sintang, belum lama ini, (10/11/19).

Melkianus menambahkan, ada persoalan pelik terkait perbatasan Indonesia, khususnya Kabupaten Sintang. Selain infrastruktur jalan dan jembatan. Masalah kesehatan dan pendidikan juga masih menghantui masyarakat yang tinggal di kawasan perbatasan.

Oleh karenanya, Melkianus menyarankan agar pemerintah pusat (Pempus) membangun infrastruktur jalan dan jembatan. Kemudian ihwal tersebut dikombinasikan dengan pengembangan perkebunan dan lainnya, sehingga daerah perbatasan itu dapat berkembang dan masyarakat pun dapat hidup layak.

“Yang paling penting diperhatikan lagi adalah masalah kesehatan dan pendidikan. Keduanya sama-sama memiliki persoalan yang kompleks. Sehingga ini perlu diperhatikan dan dicarikan solusi nyata,” katanya.

Oleh sebab itu ia berharap nawacita Jokowi untuk membangun daerah dari desa atau pinggiran bisa benar-benar terealisasi segera sehingga layanan kesehatan dan pendidikan yang baik bisa dirasakan penduduk daerah perbatasan juga (*).